Bahaya Makanan Ultra-Proses
Makanan olahan tampaknya menjadi jenis pangan yang sulit untuk dihindari. Departemen Pertanian di AS mendefinisikan makanan olahan sebagai sesuatu yang mengalami transformasi dari bentuk mentah menjadi sesuatu yang lebih diminati oleh konsumen.
Dan saat makanan olahan tersebut mengalami proses yang lebih panjang, maka terciptalah jenis pangan baru bernama makanan ultra-processed.
Bila buah-buahan dan sayuran beku disebut sebagai makanan olahan, maka saat buah dan sayur tersebut diolah bersama dengan garam, gula, minyak, lemak, dan zat aditif tertentu, dan menghasilkan bentuk yang baru, maka itulah yang disebut sebagai makanan ultra-processed, menurut penelitian. Sebut saja pasta sayur, mie sayur, biskuit sayur, serta sereal buah.
Dengan kata lain, makanan ultra-processed adalah makanan dengan rasa buatan, warna buatan, pemanis tambahan, penstabil, dan zat aditif lain untuk membuatnya terasa seperti makanan yang sesungguhnya (real food).
Makanan ultra-proses banyak ditemui sebagai makan instan buatan pabrik dan bahkan sudah menjadi makanan harian para kaum urban serta remaja, seperti pasta/ mie instan, sup siap saji, nugget daging, pizza instan, dan banyak lagi.
Sebuah studi dari Universitas Tufts dan Universitas Sao Paulo mencoba melihat bagaimana makanan ultra-proses berkontribusi terhadap asupan gula dan garam penduduk Amerika.
Temuan mengatakan, bahwa 1 porsi makanan ultra-proses bisa berkontribusi hampir 90% dari kebutuhan garam dan gula harian orang-orang Amerika, yang rata-rata melebihi dari jumlah yang disarankan.
Gula tambahan berasal dari makanan ringan seperti sereal sarapan, minuman buah, minuman soda, kue, biskuit, dan camilan ringan.
Salah satu penulis penelitian, Carlos Monteiro, seorang profesor di University of Sao Paulo, menerbitkan sebuah studi yang menjelaskan berapa banyak “kenyamanan” yang dihasilkan oleh makanan ultra-proses.
Monteiro berkata, banyak orang yang memilih konsumsi makanan ultra-proses karena terlihat menarik, terlihat higienis, terasa enak, dan lebih mudah ketimbang membuat makanan rumahan. Padahal, zat tambahan seperti gula, garam, perasa, pewarna, dan pengawet bisa mengakibatkan sesuatu yang jauh lebih serius dalam jangka panjang.
"Tingginya konsumsi gula yang ditambahkan dalam makanan ultra-proses kemungkinan besar berkontribusi terhadap obesitas, diabetes tipe 2, Kolesterol tinggi, hipertensi, dan penyakit jantung koroner," kata studi tersebut.
Para peneliti merekomendasikan, untuk mengurangi risiko kesehatan serius, batasi konsumsi makanan ultra-proses.
Dalam satu minggu, usahakan mengonsumsi makanan ultra-proses hanya sebanyak 3-5 porsi, apa pun jenisnya. Kembalilah ke makanan sesungguhnya (real food), berupa bahan mentah—sayur, buah, atau daging—yang kemudian melalui proses pemasakan dan sehat.
Dan saat makanan olahan tersebut mengalami proses yang lebih panjang, maka terciptalah jenis pangan baru bernama makanan ultra-processed.
Bila buah-buahan dan sayuran beku disebut sebagai makanan olahan, maka saat buah dan sayur tersebut diolah bersama dengan garam, gula, minyak, lemak, dan zat aditif tertentu, dan menghasilkan bentuk yang baru, maka itulah yang disebut sebagai makanan ultra-processed, menurut penelitian. Sebut saja pasta sayur, mie sayur, biskuit sayur, serta sereal buah.
Dengan kata lain, makanan ultra-processed adalah makanan dengan rasa buatan, warna buatan, pemanis tambahan, penstabil, dan zat aditif lain untuk membuatnya terasa seperti makanan yang sesungguhnya (real food).
Makanan ultra-proses banyak ditemui sebagai makan instan buatan pabrik dan bahkan sudah menjadi makanan harian para kaum urban serta remaja, seperti pasta/ mie instan, sup siap saji, nugget daging, pizza instan, dan banyak lagi.
Sebuah studi dari Universitas Tufts dan Universitas Sao Paulo mencoba melihat bagaimana makanan ultra-proses berkontribusi terhadap asupan gula dan garam penduduk Amerika.
Temuan mengatakan, bahwa 1 porsi makanan ultra-proses bisa berkontribusi hampir 90% dari kebutuhan garam dan gula harian orang-orang Amerika, yang rata-rata melebihi dari jumlah yang disarankan.
Gula tambahan berasal dari makanan ringan seperti sereal sarapan, minuman buah, minuman soda, kue, biskuit, dan camilan ringan.
Salah satu penulis penelitian, Carlos Monteiro, seorang profesor di University of Sao Paulo, menerbitkan sebuah studi yang menjelaskan berapa banyak “kenyamanan” yang dihasilkan oleh makanan ultra-proses.
Monteiro berkata, banyak orang yang memilih konsumsi makanan ultra-proses karena terlihat menarik, terlihat higienis, terasa enak, dan lebih mudah ketimbang membuat makanan rumahan. Padahal, zat tambahan seperti gula, garam, perasa, pewarna, dan pengawet bisa mengakibatkan sesuatu yang jauh lebih serius dalam jangka panjang.
"Tingginya konsumsi gula yang ditambahkan dalam makanan ultra-proses kemungkinan besar berkontribusi terhadap obesitas, diabetes tipe 2, Kolesterol tinggi, hipertensi, dan penyakit jantung koroner," kata studi tersebut.
Para peneliti merekomendasikan, untuk mengurangi risiko kesehatan serius, batasi konsumsi makanan ultra-proses.
Dalam satu minggu, usahakan mengonsumsi makanan ultra-proses hanya sebanyak 3-5 porsi, apa pun jenisnya. Kembalilah ke makanan sesungguhnya (real food), berupa bahan mentah—sayur, buah, atau daging—yang kemudian melalui proses pemasakan dan sehat.
0 Response to "Bahaya Makanan Ultra-Proses "
Posting Komentar